Jumat, 20 Maret 2015

relakah?

relakah kau melihat orang lain menghapus air matanya?
relakah kau melihat ia dibuat nyaman oleh seseorang yang baru ia kenal?
relakah kau kehilangan ia yang menerimamu apa adanya?
relakah kau kehilangan atmosfer kehidupan yang ia berikan?
apa kau rela?
melihat orang lain memeluknya dengan erat
relakah engkau?
genggaman tangan yang semula menggenggam jemarimu dengan erat
sekarang menggenggam jemari yang lain
relakah?
cukup bodohkah engkau menyia-nyiakan ia yang sangat menyayangimu?
kau tinggalkan ia sejenak demi dia yang baru kau kenal sebentar saja
kau acuhkan dia seolah ia tak berarti apa-apa
kau terkelabui oleh buaian sesaat yang menyulutkan cintamu
lama kau berlari
lama kau berpikir ia takkan pernah pergi
dan setelah kau bosan
apa yang kau lakukan?
mencoba kembali dan menghampirinya
tapi kini kau sudah lupa
ia sudah berjalan terlampau jauh dari kehidupanmu
sekian lama kau berlari
sekian lama pula ia memanggilmu
namun kau tak pernah menoleh sedikitpun ke arahnya
dan kau baru sadar saat itu juga
ketika dia sudah berbalik arah dan tak lagi menolehmu
sakit bukan?
kesetiaan yang terseret oleh sebuah penghiatan
kesetiaan yang selama ini terjaga ternyata memiliki sebuah batas
lalu penyesalan takkan pernah berarti lagi
waktu yang telah terlewatkan takkan pernah bisa kembali lagi
kertas yang diremas takkan bisa menjadi utuh kembali
begitulah gambaran sebuah kesetiaan yang tertoreh sebuah penghianatan
kau akan merindukan dia
seseorang yang takkan pernah kau temukan pada siapapun
mungkin banyak yang lebih baik untukmu
mungkin banyak pula yang lebih cantik untukmu
namun ingatlah satu hal
tidak banyak seseorang yang mampu menerimamu
setelah mengetahui semua kekuranganmu
banyak saja bualan lidah berkata "aku bisa mencintainya apa adanya"
dan itu adalah kebohongan yang muak aku dengar
karna ketulusan akan sebuah perasaan
takkan pernah ia katakan pada siapapun
namun akan ia tunjukan pada semua orang
bahwa ia bangga memilikinya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar